Jumat, 16 Desember 2011

"HARAPAN ITU SIRNA, MATI BERSAMA BUTA MATA"




Ku kejar dan ku cari

Lelah langkah kaki tak ku peduli

Embun-embun penyegar pagi tak kurasa lagi

Sinaran mentari penghangat tubuh telah berlalu dan pergi

Berganti terik panas raja tata surya yang menambah gersang beranda taman hati

Aku tak peduli,

Aku tak peduli,

Aku tak peduli,

Ku ulangi,...

Aku tak peduli,...

Deklarasiku menjadi muara pelampiasan mereka memberiku rasa benci

Padahal ku mencoba setiap pagi, siang dan kadang malam hari

Mulut kotorku tak berarti

Mata yang tak terpejam tak memberi iba dan belas hati

Telinga yang selalu mendengar serpihan kata bukan masalahku semakin tak ku mengerti

Tubuh kurusku tak mampu menjadi bukti



Mereka berlari,..

Aku mengejar dengan tertatih bersama dua kaki yang tak muda lagi

Aku tertipu dalam permainan emosi

Aku mati sebelum ruhku pergi



Tak ku dengar lagi auman keganasan kaum rusia

Tak ku lihat lagi kecanggihan gaya pemikir jepang

Aku tetap lemah dengan kultur budayaku sendiri yang belum sepenuhnya ku pahami

Aku terlihat bodoh seperti anak-anak yang masih berfikir penuh imajinasi

Aku terlihat rendah dengan menghapuskan rasa gengsi mengemis maaf penyejuk hati



Semua salah katanya bermula dari raga ini

Peluh dan keringatku dulu hanya penghias rasa penjemput reputasi


Aku terhina karena reputasi

Aku menjadi diriku yang tak berarti

Menjadi pelengkap serakan limbah para pejalan kaki

Aku,..

dengan segala kekuranganku yang berlebih

Aku,..

dengan kelebihan kekuranganku yang berlebih

Berada diantara mutiara-mutiara penghias alam raya

Aku menjadi buta dengan kemilau indah sinar-sinar mereka

Harapku sirna, bersama mataku yang buta,.....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar